Kamis, 04 Agustus 2011

Srikandi di dunia kerja & Srikandi di rumah. So proud of you mama :')

[des-kes] SEMBILAN SRIKANDI DARI TELAGA BIRU

agung dwilaksono
Sat, 09 Jul 2011 20:24:20 -0700
Kecamatan Telaga Biru sebagian wilayahnya berada di tepian danau Limboto. Ada
15 desa yang berada dalam wilayah administratif Telaga Biru. Dari 15 desa
Mohelidu). Transportasi ke 4 desa tersebut hanya bisa ditempuh dengan kend
tersebut 4 desa letaknya terpencil (Tonala, Dulamayo Utara, Tapaluluo, dan
araan
roda 2. Itu pun hanya bisa saat musim kemarau. Saat musim hujan terputuslah ke
ditempuh. Apa pasal?. Ternyata ada banyak sungai yang harus
diseberangi
4 desa tersebut dari dunia luar, hanya dengan jalan kaki saja desa-desa
tersebut dapat
tanpa jembatan yang dapat dilintasi sepeda motor. Hanya yang ada
jembatan bambu. Waktu tempuh ke 4 desa tesebut antara 3—5 jam dari Tuladenggi
uangan mereka.
Yollin Muslim, usia 39 tahun. Sudah 19 tahun jadi bidan de
(ibu kota kecamatan Telaga Biru). Dari 15 desa tersebut (termasuk 4 desa
terpencil) hanya bisa dicakup oleh 9 bidan.
 
Inilah kisah hidup dan pe
r
jsa. Saat ini ybs jadi
kordinator bidan. Pertama bertugas di Pentadu Timur. Untuk mencapai desa-desa
yang ada di Pentadu Timur, Yollin muda harus menantang ombak lautan. Ada
rahu. Saat itu musim ombak. Berangkat pukul 6 pagi dan
sampai di rumah sang
pengalaman ybs yang tidak akan terlupakan. Saat itu Yollin diminta menolong
seorang ibu yang akan melahirkan anak ke 4. Tapi untuk mencapai desa tersebut,
Yollin harus naik p
e ibu pukul 12.30 siang. Semua perlengkapan pertolongan
untuk melahirkan dibawa Yollin, termasuk cairan infus. Namun malang tak dapat
ditolak. Sang ibu meninggal karena terjadi pendarahan hebat. Yollin muda hanya
, selama karir
Yollin 19 tahun jadi bidan; sudah sekitar
1.500 ibu bersalin
bisa menangis menyesali kondisi alam yang menghambat dia memberi pertolongan.
Sejak saat itu, Yollin bertekad jangan ada lagi kematian ibu bersalin yang
berada di bawah tanggung jawabnya. Jika dihitung secara kas
a
ryang ditanganinya, namun hanya 1 ibu itu saja
yang  terlambat ditanganinya.
 
menjadi bidan. Ada suatu pengalaman yang tak
terlupakan bagi Iyam. Tahun 200
Iyam Hilala, juga sudah 19 tahu n4, waktu itu Iyam bertugas di Pentabio Barat.
ersebut, kondisi sang ibu sudah sedemikian kritisnya. Saat ini Iyam bermukim
Seorang ibu, usia 45 tahun, melahirkan anak ke 4. Saat itu sang ibu ditolong oleh hulango (dukun bayi). Adanya kesulitan persalinan (bayi terlilit usus), sang ibu tidak tertolong lagi meski anak selamat. Sewaktu Iyam datang ke rumah t di desa Timuato. Berdasarkan pengalaman seperti itulah Iyam meminta Kepala Desa Timuato untuk mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes). Perdes tsb berisi kewajiban para ibu sejak mulai kehamilan sampai melahirkan harus ditangani bidan. Perdes
ong hulango, karena adanya retensi placenta,
meminta Iyam datang untuk membe
keluar karena Iyam adalah isteri kepala desa Timuato. Boleh jadi baru inilah adanya Perdes yang mengatur ibu melahirkan harus dengan bidan. Ada pengalaman mengesankan Iyam saat menolong persalinan. Seperti biasa, seorang ibu yang semula dito lri pertolongan. Sewaktu datang, kamar pasien dipenuhi kerabat si ibu, berikut juga seekor anjing. Tubuh bagian bawah si ibu sudah basah kuyup disiram air secara berkala oleh hulango disertai jampi-jampi. Iyam meminta agar seluruh orang keluar kamar dan anjing turut diusir keluar.
Anehnya tidak ada yang berani mengeluarkan anjing tersebut. Anjing baru bisa keluar setelah si pemilik (famili si hulango) datang dan menggeret anjing tersebut.  
Selama 30 tahun Aisya Talib menjalani profesi kebidanannya. Banyak suka duka
yang dialami Aisya. Tahun depan Aisya pensiun dan dia merasa bahagia karena
“Saya bahagia dengan pencapaian seperti ini”, katanya. Aisya sangat terkesan
selama ini belum pernah ada ibu bersalin yang meninggal sewaktu ditanganinya . dengan kerja sama lintas sektor selama dekade 80—90an yl. Saat itu semangat
ang” ujarnya menatap sedih. Sekarang Aisya bertugas di klinik Puskesmas,
na
kerja kami luar biasa. “Kerja sama lintas sektor itulah yang saat ini telah hi
lmun ybs juga bertanggung jawab terhadap desa tempat tinggalnya.
 
Demi mengemban tugas Negara dan kesetiaan terhadap profesinya, Hasmi harus
meninggalkan anak dan suami di Makassar. Hasmi bertugas di desa Dulamayo Utara
yang terpencil dan baru 3 minggu bertugas.  Untuk mencapai desa tersebut dari
emuanya itu bukanlah halangan bagi Hasmi. Tekadnya sudah bulat sehingga bulan
ibu kota kecamatan (Tuladenggi), Hasmi harus naik ojek selama 4—5 jam. Namun s depan sang suami dan anak ikut menyusul Hasmi.   Nurhayani Siregar terdampar di Telaga Biru karena mengikuti suami seorang
bukanlah daerah pertama tempatnya
bertugas. Mengikuti suami seorang anggota ABR
anggota ABRI. Meski tinggal di asrama tidak menghalangi Nurhayani  wira-wiri ke desa Hulapato A dan Pentadio Barat. Gorontalo I menyebabkan Nurhayani telah bertugas di beberapa daerah dengan suka dan duka yang beragam.     “Pertama saya bertugas, saya menolong ibu bersalin penderita hemofili”, Ervina
an, Ervina baru pertama sudah menerima kasus yang
sulit. “Wajah saya pucat pi
menyampaikan kisahnya ke Tim PDBK Kab. Gorontalo. “Saya terkejut setelah bayi lahir, darah masih mengucur bak air mancur”, katanya dengan wajah penuh ekspresi ketakutan. Bayang kas seperti pasien saya”, katanya. Entah kenapa Ervina terbayang pesan orang tuanya. Ada doa dari Al Quran yang diajarkan ibunya. Jika ada pendarahan, bacalah doa ini, demikian ibunya berpesan.
a sekarang ini Ervina lupa dengan
doa tersebut. Alhamdulillah selama 15 tah
Langsung Ervina membaca ayat suci tersebut dan dengan sekali sentuhan darah yang memancar berhenti seketika. Subhanaallah .. Allah Maha Besar. Sang Ibu selamat dan bayi pun juga selamat. Sayangn yun bertugas dengan sekitar 500 ibu yang telah ditolong Ervina, angka kematian ibu; nihil alias AKINO.   “Saya dari Makassar”, kata Suwarni. Suwarni memang baru 3 bulan di desa Pantuo yang mengawasi 25 dasa wisma dan 1 posyandu. “Tapi saya sudah lebih dari
go. Selama 18
tahun Yulin Adam menjalani profesi kebidanannya ada pengalaman
setahun jadi bidan”, ujarnya lebih lanjut. Pengalaman berkesan Suwarni adalah pernah ditendang ibu hamil. Si ibu tidak terima penjelasannya. Tapi semuanya itu diterima Suwarni dengan sabar.   Puteri  kelahiran Minahasa ini pertama kali bertugas di Bone Bola nyang tidak terlupakan. Saat itu ada ibu yang akan melahirkan dan berdiam di atas bukit. Sang ibu sudah 2 hari tidak keluar placenta. Yulin dengan bersusah payah mendaki bukit, dan kebahagiaan Yulin tercapai. Sang ibu selamat. Saat ini Yulin bertanggung jawab di desa Pentalio Timur dan Dumati. Dengan mengelola klinik
asih dan Penyayang sehingga saya selalu diberi
kemudahan dalam meno
bersalin,  rata-rata Yulin dapat menolong 12 ibu bersalin per bulan.   Perjalanan karir profesi kebidanan Hestiawati Mustafa selama 20 tahun adalah waktu yang cukup lama. Selama waktu itulah, Hestiawati dapat menihilkan angka kematian ibu yang berada di bawah tanggung jawabnya sebagai bidan. “Alhamdulillah, Allah Maha Klong ibu yang melahirkan, dan tidak ada yang meninggal”, ujar Hestiawati dengan wajah berseri-seri. Suatu pengalaman berkesan yang pernah dialami Hestiawati adalah saat dia menolong isteri seorang imam mesjid di kabupaten Bone Bolango. Sang ibu melahirkan anak ke 7. Ada kesulitan saat melahirkan. Sejak datang ke rumah pada pukul 9 pagi, bayi lahir pukul 12 siang.
k ada penjelasan dari Hestiawati dimana suami pasien memeluknya.
Namun yan
Proses kelahiran diiringi dengan perdarahan hebat. Cairan infus tidak ada. Hestiawati tak henti-hentinya berdoa dan dia meminta sang ibu untuk minum kopi yang banyak. Entah mengapa, pendarahan pun berhenti. Begitu pendarahan berhenti, sang suami langsung memeluk Hestiawati. “Terima kasih bu Bidan, anda telah menolong isteri saya”, kata pak imam (suami pasien). Tid ag jelas bukan di depan si pasien. Jika hal ini terjadi, bisa saja si pasien meninggal bukannya oleh karena persalinan tapi terkejut akibat si suami memeluk ibu bidan.   Sembilan srikandi dari Telaga Biru ini di pimpin oleh seorang srikandi juga. Dr. Widya Pratiwi Bachmid, M.Kes. meski baru 9 bulan bertugas di Telaga Biru dari 18 tahun masa tugasnya. Puskesmas yang kini berada di bawah pimpinan dr.
n pembangunan kesehatan di Gorontalo. Pujian seperti ini tidak
hanya dari dr. W
Widya menunjukkan kemajuan yang pesat. “Saya beruntung berada di bawah pimpinan dr. Nur Albar, Sp.PD”, kata dr. Widya menuturkan ke Tim PDBK Kab. Gorontalo. “Sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, beliau seorang pimpinan yang aktif dan tidak kenal capek”, ujar dr. Widya. Srikandi yang bernama Nur Albar ini, puteri  Tondano, adalah pimpinan yang kreatif dan banyak punya gagasan untuk pembaru aidya, juga disampaikan oleh banyak staf Dinkes Gorontalo antara lain pak Syukri Dawali SKM,  pak Syarifuddin M.Kes, dan pak Wadi.   Sekelumit kisah 9 srikandi dari Telaga Biru tersebut mewakili ribuan kisah suka dan duka para bidan yang ada di segenap penjuru tanah air ini. Mungkin tidak hanya 9, bisa jadi ada 99, atau 999, bisa 9.999 bahkan 99.999 kisah nyata yang ada. Jika di NTB ada bidan Alia yang selama karirnya bisa menihilkan AKI, maka
Aisya Talib,
di kabupaten Gorontalo ternyata ada 3 srikandi seperti Alia yaitu:
rvina dan Hestiawati Mustafa. Bisa jadi jika kita telusuri lagi banyak
Esrikandi-srikandi lainnya di tanah air ini seperti Aisya Talib dkk.
 
mboto, 8 Juli 2011
T
L
iim Peneliti PDBK Kab. Gorontalo
Wasis Budiarto, Anorital, Supraptini, Lelly Andayasari, dan Adid Muqtadiroh.
 
y ANORITAL SUTANBATUAH
# b
artikel ini di ambil dari http://www.mail-archive.com/desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com/msg02921.html